KA Commuter Jabodetabek
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
KA Commuter Jabodetabek (atau disebut juga
KRL Commuter Line, dulu dikenal sebagai
KRL Jabotabek) adalah jalur
kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, anak perusahaan dari
PT Kereta Api Indonesia (PTKA). KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun
1976, hingga kini melayani rute komuter di wilayah
DKI Jakarta,
Kota Bogor,
Kabupaten Bogor,
Kota Bekasi,
Kota Tangerang, dan
Kota Tangerang Selatan.
Sejarah
Kereta listrik pertama (1925), melayani jalur Tanjung Priok - Meester Cornelis
Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik
Pemerintah Kolonial Belanda, memulai proyek elektrifikasi jalur kereta
Tanjung Priok -
Meester Cornelis (Jatinegara)
pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus
berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang
digunakan ialah
lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (
Swiss
Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik
seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft)
Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor
Belanda serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik
General Electric.
Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan
diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia.
Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh
Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia
(kini sebagai PTKA). Lokomotif yang telah digunakan sejak zaman Belanda
dan dianggap sudah tidak layak jalan digantikan oleh rangkaian kereta
listrik buatan
Jepang sejak tahun 1976. Sejak tahun 2000,
Pemerintah Indonesia
rutin mendapatkan hibah rangkaian maupun pembelian kereta listrik dari
Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik
Jakarta.
Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter
Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik
di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu memiliki
37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai
proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan
rute yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan
gerbong khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta
Commuter. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan
sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun
kereta, serta penempatan satuan keamanan pada tiap gerbong. Saat
Stasiun Tanjung Priok
diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009,
jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya
beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket
elektronik COMMET (
Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem tarif kereta.
[2]
Rute
Saat ini terdapat 6 rute utama KA Commuter Jabotabek yang ada. Dalam
kolom daftar stasiun, stasiun transit dan terminus ditandai dengan huruf
TEBAL KAPITAL; sedangkan stasiun nonaktif, direncanakan/tidak melayani KA Commuter Line ditandai dengan huruf bercetak
miring dan tanda ←→ menandakan pergi-pulang (PP).
Stasiun
Stasiun utama
Berikut ini adalah daftar stasiun terminus (staiun awal/akhir) utama
maupun stasiun besar yang juga berfungsi sebagai stasiun transit dan
stasiun kereta jarak jauh.
Elektrifikasi dan penambahan rute
Pada 2014 direncanakan elektrifikasi jalur Citayam-
Nambo akan selesai dan dapat dilewati oleh KA Commuter, setelah sebelumnya dinonaktifkan pada tahun 2006.
[3] Kereta KA Commuter akan melewati:
- Stasiun Citayam → Pondok Rajeg → Cibinong → Gunung Putri → Stasiun Nambo.
Selain itu, jalur Green Line akan diperpanjang sampai
Stasiun Rangkasbitung pada tahun
2016.
- Stasiun Maja → Citeras → Stasiun Rangkasbitung.
Saat ini Blue Line juga akan dilanjutkan sampai
Stasiun Cikarang. Pengerjaan sudah dimulai sejak akhir tahun
2013. Jalur Jatinegara-Cikarang akan digandakan menjadi 4 jalur kereta api. Direncakan elektrifikasi akan selesai pada tahun
2015
- Stasiun Bekasi → Tambun → Cibitung → Stasiun Cikarang.
Tiket Elektronik dan Tarif
Tiket multi trip (hitam) dan single trip (putih) KA Commuter Jabodetabek
Multi Trip dan Single Trip
Sebagai tahapan penerapan program
e-ticketing, PT Kereta Api Indonesia dan PT KAI Commuter Jabodetabek mulai
2012 mengganti Kartu Trayek Bulanan (KTB)/Kartu Langganan Sekolah (KLS) secara bertahap hingga pada
1 Juli 2013 ditetapkan menjadi
Commuter Electronic Ticketing (Commet). Kartu Commet adalah alat pembayaran pengganti
uang
tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan KA Commuter Line
sebagai tiket perjalanan KA, yang disediakan dalam bentuk kartu sekali
pakai (
Single-Trip) dan
prabayar (
Multi-Trip). Penumpang diwajibkan untuk melakukan
tap-in di gerbang masuk dan memasukkan kartu
single-trip ke dalam gerbang keluar atau cukup
tap-out bagi pengguna kartu prabayar di gerbang keluar.
Bersamaan dengan pemberlakuan Commet, sistem tarif progresif
diberlakukan. Sistem ini menggunakan hitungan jumlah stasiun yang
dilewati sebagai dasar perhitungan tarif tiap penumpang. 5 Stasiun
pertama yang dilewati penumpang akan dikenakan tarif sebesar Rp3.000,00
dan tiap 3 stasiun berikutnya dikenakan biaya Rp1000,00. Untuk periode
Juli hingga
November 2013, karena adanya subsidi sementara dana
public service obligations (PSO)
Kementerian Perhubungan bagi KA Commuter, maka tarif masing-masing turun menjadi Rp2000,00 dan Rp500,00.
[4]
Tiket harian berjaminan (THB)
Karena penerapan tiket single trip mengakibatkan banyaknya kejadian tiket perjalanan single trip hilang, pada tanggal
11 Agustus 2013 KCJ menerapkan sistem
ticketing
pengganti sistem single trip untuk penumpang KRL tanpa berlangganan.
Penghitungan tarif sesuai dengan skema tarif perjalanan single trip,
namun penumpang diharuskan untuk membayar uang jaminan untuk THB senilai
Rp 5000,00. Uang jaminan dapat diambil kembali di stasiun hingga jangka
waktu maksimal 7 hari atau ditukarkan kembali dengan THB baru dengan
membayar tarif untuk perjalanan selanjutnya.
Suplisi dan free out
Pengguna tiket harian berjaminan dapat dikenakan denda (suplisi)
sebesar Rp50.000,00 jika melakukan perjalanan tanpa tiket atau
menggunakan tiket harian berjaminan yang telah kedaluwarsa. Pengguna
Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan fasilitas
free out, fasilitas untuk dapat melakukan sekali
tapping out pada stasiun yang sama dengan stasiun
tapping in terhitung satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket.
Armada KRL[5]
3 generasi armada KRL yang masih beroperasi
Jalur KA Commuter Jabodetabek dilayani oleh beberapa tipe rangkaian
kereta. Jalur ini sekarang hanya dilayani oleh KRL AC. KRL Ekonomi
non-AC sudah dihentikan operasionalnya.
KRL non-AC
KRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat
kelas ekonomi menengah dan bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama
yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah
rangkaian dibuat oleh
Nippon Sharyo dan
Kawasaki, juga
Hitachi, Ltd., BN-Holec, ABB-
Hyundai yang bekerjasama dengan
PT Inka.
KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan
seluruhnya disimpan di Dipo Depok atau Balai Yasa Manggarai. KRL non-AC
tipe Rheostatik beberapa rangkaiannya dikirim ke Stasiun
Purwakarta
untuk dibesituakan (afkir). Untuk KRL Rheostatik Stainless, Holec, dan
Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi
menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL Eks Jepang,
yaitu KRL Holec yang dibuat pada tahun
1994-
2000 dan KRL Hitachi yang dibuat pada tahun
1997.
Kini, seluruh KRL ekonomi dikirim ke Purwakarta, kecuali beberapa KRL
yang beruntung dan masih digunakan untuk keperluan antar dipo.
KRL BN-Holec (1994-2001)
KRL Holec
KRL BN-Holec adalah unit KRL ekonomi termuda. KRL ini dibuat oleh Belgien Nederlandsch-
Bombardier dan Holland Electric, bekerjasama dengan pabrik
PT Inka
Madiun; dan dulunya sempat melayani KRL Ekspres dan Ekonomi. Dari
seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL Holec tergolong paling sulit
dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya
sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena
kelebihan beban. Sehingga banyak KRL eks-Holec yang rusak, mangkrak di
Balai Yasa Manggarai, dan dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik)
yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL
Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute
Kutoarjo-
Yogyakarta-
Solo (
Prameks dan
Sriwedari), dan
Padalarang-
Cicalengka (
Baraya Geulis).
Selain itu KRL Holec juga direkondisi menjadi KRL Holec AC yang sudah
beroperasi di jalur Tangerang. Beberapa KRL Holec juga dikirim ke
Purwakarta untuk dirucat.
KRL Ekonomi Rheostatik [seri KL3] (1976, 1978, 1983, 1984, 1986, dan 1987)
KRL jenis Rheostatik, KRL non AC tertua
KRL Rheostatik adalah KRL buatan Jepang dari tahun
1976 sampai tahun
1987 dengan teknologi
rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi, dan Kawasaki dari
Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. Untuk KRL Rheostatik buatan pabrik Kawasaki dan Hitachi tahun
1986-
1987, rangkaian ini dulunya melayani rangkaian
Pakuan Ekspres dan Pakuan Bisnis tahun
'90-an.
Setelah KRL Hibah (Tōei seri 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan
dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostatik yang
datang pada tahun
1986-
1987, bodinya sudah
stainless steel dan 1 set KRL Rheostatik Stainless merupakan KRL AC pertama di Indonesia.
Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun
1976,
1978,
1983, dan
1984, kereta ini sudah mengalami banyak perubahan, baik kaca depan maupun skema warna/striping/
livery. Semula menggunakan skema
PJKA yaitu berwarna
merah polos dengan "wajah"
kuning terang dari tahun
1976-1990-an, kemudian pada era
Perumka diubah menjadi
merah dan
biru dengan garis
putih seperti KA Ekonomi di era 90-an awal, di mana saat itu, pintu KRL mulai mengalami kerusakan dan pada tahun
1993 yaitu: satu set KRL Rheostatik
mild dan stainless mengalami kecelakaan di antara Stasiun Depok dan Citayam.
[6] Di era 90-an akhir, tepatnya tahun
1995-
2000, KRL ini dicat
putih-
hijau dengan garis
biru tua dan biru muda Pada era PT KAI kemudian diubah menjadi
orange dengan garis
kuning, dan terakhir
putih dengan garis
merah.
Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni
pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun,
seiring berjalannya waktu kedua KRL ini menurun kondisinya menjadi
seperti sekarang ini, meskipun kerusakan pada pintu KRL mulai terjadi
pada tahun 90-an, di mana kerusakan terjadi karena pengganjalan pintu
oleh penumpang.
Pada 2009, telah dioperasikan KRL Rheostatik dengan modifikasi kabin
masinis, yang diberi nama "
Djoko Lelono".
KRL ini adalah modifikasi sejumlah gerbong KRL Rheostatik dengan kabin
masinis menjadi aerodinamis yang konon terinspirasi dari KA
Intercity-Express (ICE). Pintu penumpang juga sudah diaktifkan kembali sehingga dapat membuka dan menutup seperti sediakala.
Sejak tak lagi dioperasikannya KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik
disimpan di Dipo Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan
bodi
mild steel sebagian dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Sementara KRL Rheostatik
Stainless
masih disimpan di Dipo Depok/Balai Yasa Manggarai, mengingat tidak
menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC atau ikut dirucat
ke Purwakarta. Kini, masih ada beberapa rangkaian KRL Rheostatik yang
bernasib mujur dibandingkan rekan-rekannya. Namun, KRL yang masih aktif
ini dioperasikan untuk logistik antar dipo atau KRL penolong jika
sewaktu-waktu diperlukan.
KRL Inka-Hitachi [Jepang-Indonesia] (1997)
KRL ini dibuat pada tahun
1997 di
PT Inka bekerjasama dengan
Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi
Variable Voltage Variable Frequency
(VVVF). Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak
sangat halus dan tidak menyentak. Jenis KRL ini adalah yang digunakan
untuk Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika
era KRL
Tōei seri 6000 datang dari Jepang. Saat ini sudah ada KRL tipe ini yang dikirim ke Purwakarta.
KRL ABB-Hyundai [Korea Selatan-Indonesia] (1985-1992)
KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT Inka,
ABB, dan
Hyundai, dirakit di PT Inka pada tahun
1985-
1992 dibuat sebanyak 8 gerbong (2 set) berteknologi VVVF-GTO (
Gate Turn-Off) dan disebut-sebut merupakan prototype kereta
MagLev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur
Seoul-
Pusan.
KRL Hyundai sempat mangkrak dalam waktu yang lama, lalu beroperasi
kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi
menjadi KRDE dan beroperasi di jalur
Surabaya-
Mojokerto sebagai
Arek Surokerto.
KRL AC
KRL AC adalah KRL dengan fasilitas
AC, sehingga lebih nyaman dari KRL Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun
1990-an,
ketika diluncurkannya KRL Pakuan Ekspres Utama Jakarta Kota-Bogor. Saat
ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, kini semua KRL sudah
dipasangi AC.
KRL Eks-Hibah Toei
Toei 6161F
KRL ini adalah KRL yang diimpor dari operator kereta bawah tanah (
subway) milik Biro Transportasi Pemerintah Daerah Tōkyō (Tōei), dalam rangka kerjasama strategis
Indonesia-
Jepang saat itu. Meramaikan jalur Jabodetabek mulai tahun
2000,
Tōei seri 6000 ini dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan
ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). Karena berstatus hibah
dari Pemerintah Daerah Kota Tōkyō, KRL ini sering disebut sebagai KRL
hibah.
Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan
masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya
hanya sebanyak 3 rangkaianlah yang memiliki 8 kereta (set 6121F, 6161F,
6171F), sedangkan sisanya dijadikan enam kereta per rangkaiannya. Namun
mulai tahun 2012 akhir formasi Tōei 6000 banyak diubah karena rangkaian
yang memiliki 6 kereta diperpanjang menjadi 8 kereta. Ada empat set
(sebelumnya 3 set) menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai
Yasa Manggarai. Set 6171F tidak memiliki kereta tengah, hanya 2 kereta
berkabin, sejak pengaturan ulang rangkaian Toei 6000 pada akhir 2012.
Karena kecelakaan, kereta 6252 dan 6155 tidak bisa digunakan. Set
6201F tidak beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Manggarai. KRL seri
6000 juga menjalani normalisasi AC karena banyaknya keluhan AC panas.
Set 6227F adalah set yang menggunakan AC baru.
Daftar rangkaian:
- 6121F : 6121-6122-6197-6222-6247-6216-6127-6128
- 6161F : 6161-6212-6215-6162-6165-6166-6167-6168
- 6171F : 6171-6178
- 6181F : 6181-6242-6245-6156-6255-6152-6157-6158
- 6201F : 6201-6206-6207-6208
- 6271F : 6271-6272-6275-6276-6277-6278
- 6281F : 6281-6282-6285-6286-6287-6288
- 6151F : 6151-6192-6257-6172-6225-6226-6237-6188
- 6177F : 6177-6176-6175-6232-6265-6202-6235-6126
- 6217F : 6217-6236-6185-6182
- 6227F : 6227-6195-6267-6262-6205-6186-6125-6187
KRL Eks Tōkyū Corporation
Video sebuah KRL eks Tōkyū yang berangkat menuju Bogor dari Stasiun Tebet.
KRL eks
Tōkyū Corporation
(atau disebut Tokyu saja) mulai meramaikan armada komuter Jabodetabek
sejak masuknya rangkaian seri 8000 dan 8500. KRL eks Tokyu Seri 8000
dibuat pada tahun
1970-an
dan KRL seri 8500 dibuat pada tahun 1975-an dan merupakan pengembangan
dari Tokyu seri 8000. Khusus untuk unit bernomor depan 07
xx dan 08
xx (mis. 0715 dan 0815) adalah unit yang dibuat pada tahun
1985 ke atas.
KRL ini diimpor dari Jepang dengan harga sekitar 800 juta per unit,
atau sekitar 6,5 miliar per rangkaian dengan 8 kereta. Berkat perawatan
yang baik, KRL Tōkyū selama ini jarang bermasalah dan dapat dioperasikan
sampai sepuluh tahun mendatang di Jabodetabek.
Daftar rangkaian:
KRL seri 8000 - 8007F eks-Tōkyū Toyoko Line.
Tōkyū seri 8000 eks Tokyu Oimachi Line (8003F) dan Tokyu Toyoko Line (rangkaian lainnya)
- 8003F: 8003-8202-8104-8263-8142-8213-8103-8004. Set ini memakai
penomoran baru Kemenhub dengan urutan terbalik dari nomor K1 1 05 09
(8004) sampai K1 1 05 16 (8003)
- 8007F: 8007-8245-8107-8260-8137-8204-8108-8008. Set ini memakai
penomoran baru Kemenhub dengan urutan terbalik dari nomor K1 1 05 01
(8008) sampai K1 1 05 08 (8007)
- 8039F: 8039-8248-8158-8218-8164-8249-8159-8040. Set ini memakai
penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 09 (9039) sampai K1 1 08 16
(8040).
Ketiganya menggunakan warna biru-kuning dan memiliki motif bunga
berwarna ungu pada kereta khusus wanita. Dan pada 8039F menggunakan
teralis berwarna hitam, bukan abu-abu seperti pada dua rangkaian
lainnya. .
KRL seri 8500 - 8610F eks-Tōkyū Denentoshi Line.
Tōkyū seri 8500 eks Tokyu Denentoshi Line
- 8604F: 8604-8704-8904-8825-8719-8909-8804-8504 dengan warna
biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
06 01 (8604) sampai K1 1 06 08 (8504).
- 8607F: 8607-8707-8948-8828-8743-8924-8807-8507 dengan warna
biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
07 68 (8607) sampai K1 1 07 75 (8507).
- 8608F: 8608-8708-8949-8829-8744-8925-8808-8508 dengan warna
biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
06 09 (8608) sampai K1 1 06 16 (8508).
- 8610F: 8610-8710-8951-0815-0715-8927-8810-8510 dengan warna
biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
08 01 (8610) sampai K1 1 08 08 (8510).
- 8611F: 8611-8711-8911-8832-8735-8928-8811-8511 dengan warna
biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
07 01 (8611) sampai K1 1 07 08 (8511).
- 8612F: 8612-8712-8912-0817-0717-8929-8812-8512 dengan warna
biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
08 17 (8612) sampai K1 1 08 24 (8512).
- 8613F: 8613-8713-8913-0800-8796-8930-8813-8513 dengan warna
merah-putih-kuning dan motif bunga berwarna pink pada kereta khusus
wanita.
- 8618F: 8618-8724-8935-8855-8753-8954-0811-8518 dengan warna
biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
08 25 (8618) sampai K1 1 08 30 (8518)
Keterangan
- Semua rangkaian KRL Tōkyū seri 8500
yang berwarna biru-kuning memiliki motif pada wajah KRL yang sama pada
setiap rangkaian, dan logo PT KAI di bodi samping KRL di antara pintu
kabin masinis dan pintu penumpang.
KRL eks East Japan Railway Company (JR East)
KRL seri 103
KRL eks
East Japan Railway Company seri 103 didatangkan pada
2004. KRL seri 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan
Bojonggede Ekspres dan
Depok Ekspres. Akibat bertambahnya penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta.
KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 gerbong (1 set),
dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek.
KRL ini berada di bawah alokasi depo Depok.
Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 set, masing-masing dengan 4 gerbong.
Daftar rangkaian:
- E20F/103-815F (103-815,103-752,102-2009,103-822)
- E21F/103-105F (103-105,102-231,103-246,103-597)
- E22F/103-359F (103-359,103-654,102-810,103-384)
- E27F/103-153F (103-153,102-321,103-210,103-632)
KRL ini dioperasikan 8 kereta, dengan menggabungkan E21F-E27F dan
E20F-E22F,meskipun bisa saja susunan rangkaian berbeda. KRL ini memiliki
beberapa skema warna. Skema pertama yang digunakan adalah warna asli
Jepang, skema kedua adalah skema asli Jepang ditambah warna kuning di
bagian jendela, skema ketiga dalah warna biru, skema keempat adalah
skema warna putih, dan skema terakhir adalah skema seperti pada KRL
milik PT KCJ yang berwarna merah-kuning.
KRL seri 203
KRL eks East Japan Railway Company seri 203 telah tiba di
Indonesia pada tanggal
2 Agustus 2011. Saat ini set 51F, 52F, 66F, 68F, dan 69F sudah berdinas/operasi.
Daftar rangkaian:
- MaTo 51/203-51F: 202-1 - 202-3 - 203-3 - 203-2 - 202-123 - 203-123 -
203-1 - 202-1 - 203-1 - 203-1. Set ini telah menggunakan penomoran baru
K1 1 12 01 (202-1) sampai dengan K1 1 12 10 (203-1). Khusus 202-123 dan
203-123 memiliki penomoran baru K1 1 12 45 dan K1 1 12 46. 202-2 dan
203-2 dilepas.
- MaTo 52/203-52F: 202-2 - 202-6 - 203-6 - 203-4 - 203-3 - 202-4 - 203-4 - 203-2 (202-5 dan 203-5 dilepas)
- MaTo 66/203-66F: 202-106 - 202-118 - 203-118 - 203-112 - 203-111 -
202-116 - 203-116 - 203-106 (202-117 dan 203-117 dilepas). Set ini
menggunakan penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 51 (202-106)
sampai K1 1 11 60 (203-106)
- MaTo 68/203-68F: 202-108 - 202-124 - 203-124 - 203-116 - 203-115 -
202-122 - 203-122 - 203-108 (202-123 dan 203-123 dilepas dan dipasangkan
pada set MaTo 51)
- MaTo 69/203-69F: 202-109 - 202-127 - 203-127 - 203-118 - 203-117 - 202-125 - 203-125 - 203-109 (202-126 dan 203-126 dilepas)
Interior kereta 204-8 dengan 6 pintu yang ada di rangkaian 205-123F.
Rangkaian ini menjalani tes ujicoba angkut penumpang pada tanggal 6
Februari 2014
Penomoran baru pada KRL seri 205
KRL eks East Japan Railway Company seri 205 telah tiba di Indonesia pada tanggal
3 November 2013. KRL ini dulunya beroperasi di jalur
Saikyo dan dimiliki oleh Dipo Kawagoe. Sebanyak 3 set pengiriman kelompok pertama tiba di
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal
10 November 2013
dengan nomor rangkaian HaE 7F, 11F, dan 15F, dan 2 set pengiriman
kelompok kedua pada tanggal 16 November 2011 dengan nomor rangkaian HaE
14F dan 25F. Selanjutnya KRL ini datang secara bertahap dengan jumlah
per kedatangan sebanyak 2-3 set. KRL ini digunakan untuk menggantikan
KRL yang AC-nya akan diperbaiki.
KRL ini juga dikenal karena memiliki unit dengan 6 pintu per sisinya.
Unit ini merupakan kereta dengan bangku yang bisa dilipat untuk
memaksimalkan kapasitas saat jam sibuk. Namun ada juga rangkaian standar
dengan seluruh unit dengan 4 pintu per sisi.
Pada tanggal
6 Februari 2014,
set HaE 15 (205-123F) telah menjalani ujicoba operasional, dan menjadi
set JR 205 pertama yang dipakai untuk mengangkut penumpang. Sejak
5 Maret 2014, JR 205 resmi berdinas reguler di jalur Jakarta-Bogor.
[7]
Mulai bulan Mei 2014, didatangkan juga KRL seri 205 dari jalur
Yokohama
yang dulunya dimiliki oleh dipo Kamakura. Rangkaian seri 205 dari
Yokohama ini terdiri dari 8 kereta dengan 1 unit kereta yang memiliki 6
pasang pintu.
Rangkaian Asal Jalur Saikyo
- HaE 1/205-89F: KuHa 204-89 - SaHa 204-2 - SaHa 204-1 - MoHa 204-239 -
MoHa 205-239 - MoHa 204-238 - MoHa 205-238 - MoHa 204-237 - MoHa
205-237 - KuHa 205-89. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14
61 (205-89) sampai dengan K1 1 14 70 (204-89).
- HaE 4/205-92F: KuHa 204-92 - SaHa 204-34 - SaHa 204-14 - MoHa
204-248 - MoHa 205-248 - MoHa 204-247 - MoHa 205-247 - MoHa 204-246 -
MoHa 205-246 - KuHa 205-92. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1
14 41 (205-92) sampai dengan K1 1 14 50 (204-92).
- HaE 11/205-99F: KuHa 204-99 - SaHa 204-21 - SaHa 204-20 - MoHa
204-269 - MoHa 205-269 - MoHa 204-268 - MoHa 205-268 - MoHa 204-267 -
MoHa 205-267 - KuHa 205-99. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1
13 71 (205-99) sampai K1 1 13 80 (204-99).
- HaE 12/205-120F: KuHa 204-120 - SaHa 204-25 - SaHa 204-24 - MoHa
204-328 - MoHa 205-328 - MoHa 204-327 - MoHa 205-327 - MoHa 204-326 -
MoHa 205-326 - KuHa 205-120. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1
1 14 81 (204-120) sampai dengan K1 1 14 90 (204-120).
- HaE 13/205-121F: KuHa 204-121 - SaHa 204-27 - SaHa 204-26 - MoHa
204-331 - MoHa 205-331 - MoHa 204-330 - MoHa 205-330 - MoHa 204-329 -
MoHa 205-329 - KuHa 205-121. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1
1 14 21 (205-121) sampai dengan K1 1 14 30 (204-121).
- HaE 14/205-122F: KuHa 204-122 - SaHa 204-29 - SaHa 204-28 - MoHa
204-334 - MoHa 205-334 - MoHa 204-333 - MoHa 205-333 - MoHa 204-332 -
MoHa 205-332 - KuHa 205-122. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1
1 14 11 (205-122) sampai dengan K1 1 14 20 (204-122)
- HaE 15/205-123F: KuHa 204-123 - SaHa 204-46 - SaHa 204-8 - MoHa
204-337 - MoHa 205-337 - MoHa 204-336 - MoHa 205-336 - MoHa 204-335 -
MoHa 205-335 - KuHa 205-123. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1
1 13 61 (204-123) sampai K1 1 13 70 (205-123).
- HaE 18/205-126F: KuHa 204-126 - SaHa 204-901 - SaHa 204-48 - MoHa
204-346 - MoHa 205-346 - MoHa 204-345 - MoHa 205-345 - MoHa 204-344 -
MoHa 205-344 - KuHa 205-126
- HaE 20/205-128F: KuHa 204-128 - SaHa 204-10 - SaHa 204-5 - MoHa
204-352 - MoHa 205-352 - MoHa 204-351 - MoHa 205-351 - MoHa 204-350 -
MoHa 205-350 - KuHa 205-128. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1
1 14 51 (205-128) sampai dengan K1 1 14 60 (204-128).
- HaE 22/205-141F: KuHa 204-141 - SaHa 204-37 - SaHa 204-45 - MoHa
204-382 - MoHa 205-382 - MoHa 204-381 - MoHa 205-381 - MoHa 204-380 -
MoHa 205-380 - KuHa 205-141
- HaE 23/205-142F: KuHa 204-142 - SaHa 204-40 - SaHa 204-12 - MoHa
204-385 - MoHa 205-385 - MoHa 204-384 - MoHa 205-384 - MoHa 204-383 -
MoHa 205-383 - KuHa 205-142
- HaE 24/205-143F: KuHa 204-143 - SaHa 204-47 - SaHa 204-41 - MoHa
204-277 - MoHa 205-277 - MoHa 204-387 - MoHa 205-387 - MoHa 204-386 -
MoHa 205-388 - KuHa 205-143. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1
1 14 31 (205-143) sampai dengan K1 1 14 40 (204-143).
- HaE 25/205-144F: KuHa 204-144 - SaHa 204-49 - SaHa 204-13 - MoHa
204-391 - MoHa 205-391 - MoHa 204-390 - MoHa 205-390 - MoHa 204-389 -
MoHa 205-389 - KuHa 205-144. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1
1 14 01 (204-144) sampai dengan K1 1 14 10 (205-144).
Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 10 kereta:
- HaE 26/205-137F: KuHa 204-137 - MoHa 204-372 - MoHa 205-372 - SaHa
205-149 - MoHa 205-371 - MoHa 204-371 - SaHa 205-148 - MoHa 204-370 -
MoHa 205-370 - KuHa 205-137 (Rangkaian ini merupakan eks URa 92 yang
pernah beroperasi di jalur Keihin-Tohoku)
- HaE 30/205-42F: KuHa 204-42 - MoHa 204-126 - MoHa 205-126 - SaHa
205-84 - MoHa 205-125 - MoHa 204-125 - SaHa 205-83 - MoHa 204-124 - MoHa
205-124 - KuHa 205-42 (Rangkaian ini merupakan eks ToU 42 yang pernah
beroperasi di jalur Yamanote)
- HaE 32/205-54F: KuHa 204-54 - MoHa 204-162 - MoHa 205-162 - SaHa
205-147 - MoHa 205-161 - MoHa 204-161 - SaHa 205-146 - MoHa 204-160 -
MoHa 205-160 - KuHa 205-54 (Rangkaian ini merupakan eks ToU 54 yang
pernah beroperasi di jalur Yamanote)
Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:
- HaE 31/205-17F: KuHa 204-17 - MoHa 204-51 - MoHa 205-51 - MoHa
204-50 - MoHa 205-50 - MoHa 204-49 - MoHa 205-49 - KuHa 205-17. Set ini
telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 71 (205-17) sampai dengan K1 1
14 80 (204-17). SaHa 204-23 (K1 1 14 79) dan SaHa 204-22 (K1 1 14 78)
dilepas karena gangguan teknis akibat tertimpa kabel listrik aliran atas
di Stasiun Jakarta Kota.
- HaE 7/205-95F: KuHa 204-95 - MoHa 204-257 - MoHa 205-257 - MoHa
204-256 - MoHa 205-256 - MoHa 204-255 - MoHa 205-255 - KuHa 205-95. SaHa
204-39 dan SaHa 204-38 dilepas.
Rangkaian Asal Jalur Yokohama
Rangkaian dengan 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:
- KuRa H4/205-64F: KuHa 204-64 - SaHa 204-104 - MoHa 204-188 - MoHa
205-188 - SaHa 205-124 - MoHa 204-187 - MoHa 205-187 - KuHa 205-64
- KuRa H6/205-66F: KuHa 204-66 - SaHa 204-106 - MoHa 204-192 - MoHa
205-192 - SaHa 205-126 - MoHa 204-191 - MoHa 205-191 - KuHa 205-66
- KuRa H7/205-66F: KuHa 204-67 - SaHa 204-107 - MoHa 204-194 - MoHa
205-194 - SaHa 205-127 - MoHa 204-193 - MoHa 205-193 - KuHa 205-67
- KuRa H9/205-69F: KuHa 204-69 - SaHa 204-109 - MoHa 204-198 - MoHa
205-198 - SaHa 205-129 - MoHa 204-197 - MoHa 205-197 - KuHa 205-69
- KuRa H12/205-72F: KuHa 204-72 - SaHa 204-112 - MoHa 204-204 - MoHa
205-204 - SaHa 205-132 - MoHa 204-203 - MoHa 205-203 - KuHa 205-72
- KuRa H13/205-73F: KuHa 204-73 - SaHa 204-113 - MoHa 204-206 - MoHa
205-206 - SaHa 205-133 - MoHa 204-205 - MoHa 205-205 - KuHa 205-73
- KuRa H15/205-75F: KuHa 204-75 - SaHa 204-115 - MoHa 204-210 - MoHa
205-210 - SaHa 205-135 - MoHa 204-209 - MoHa 205-209 - KuHa 205-75
- KuRa H21/205-81F: KuHa 204-81 - SaHa 204-121 - MoHa 204-222 - MoHa
205-222 - SaHa 205-141 - MoHa 204-221 - MoHa 205-221 - KuHa 205-81
- KuRa H24/205-84F: KuHa 204-84 - SaHa 204-124 - MoHa 204-228 - MoHa
205-228 - SaHa 205-144 - MoHa 204-227 - MoHa 205-227 - KuHa 205-84
- KuRa H25/205-85F: KuHa 204-85 - SaHa 204-125 - MoHa 204-230 - MoHa
205-230 - SaHa 205-145 - MoHa 204-229 - MoHa 205-229 - KuHa 205-85
KRL eks Tōyō Rapid
KRL seri 1000
- KRL eks Tōyō Rapid seri 1000
(1061F, 1081F, 1091F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya
dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan
kurangnya daya.
Daftar rangkaian:
- 06F/1061F: 1061-1062-1063-1064-1065-1066-1069-1060 (1067 dan 1068
dilepas, warna biru-kuning dengan corak kereta khusus wanita). Set ini
memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 58 (1061) hingga K1
1 07 67 (1060) setelah melakukan overhaul (istilah untuk Perawatan Akhir Lengkap Kereta) di Balai Yasa Manggarai
- 08F/1081F: 1081-1082-1083-1084-1085-1086-1089-1080 (1087 dan 1088 dilepas, warna biru-kuning dengan corak kereta khusus wanita)
- 09F/1091F: 1091-1092-1093-1094-1095-1096-1099-1090 (1097 dan 1098 dilepas, warna biru-kuning dengan corak kereta khusus wanita)
Set 1091F tidak memiliki logo
Tōyō Rapid di bagian depan atas kaca masinis sebelah kiri kereta.
KRL eks Tōkyō Metro
KRL seri 05, formasi 05-05F
KRL eks
Tōkyō Metro seri 05 mulai tiba di Jakarta pada bulan
Agustus 2010,
diawali dengan rangkaian 05-02F dan 05-07F. Seri ini adalah KRL dengan
teknologi tercanggih di Jabodetabek saat ini. Total keseluruhan ada 8
rangkaian seri 05 yang tiba di Indonesia.
Daftar rangkaian:
- 05-02F: 05 102-05 202-05 302-05 602-05 702-05 802-05 902-05 002 (05
402 dan 05 502 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan
nomor K1 1 11 41 (05 102) sampai K1 1 11 50 (05 002).
- 05-04F: 05 104-05 204-05 304-05 604-05 704-05 804-05 904-05 004 (05
404 dan 05 504 dilepas). Set ini memiliki kotak penomoran seperti pada
kereta jarak jauh dan KRL lain yang sudah menjalani Pemeriksaan Akhir
Lengkap (PAL) di Balai Yasa Manggarai atau Dipo Depok, namun nomor
registrasi kereta belum tertulis di sana.
- 05-05F: 05 105-05 205-05 305-05 605-05 705-05 805-05 905-05-005 (05
405 dan 05 505 dilepas). Pada set ini sudah menggunakan stiker kereta
khusus wanita pada 05-105 dan 05-005.
- 05-07F: 05 107-05 207-05 307-05 607-05 707-05 807-05 907-05 007 (05
407 dan 05 507 dilepas). Sementara afkir karena anjlok di Cilebut, namun
sedang dalam proses penghidupan kembali. Masih mangkrak di Balai Yasa
Manggarai.
- 05-08F: 05 108-05 208-05 308-05 608-05 708-05 808-05 908-05 008 (05
408 dan 05 508 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan
nomor K1 1 11 11 (05 108) sampai K1 1 11 20 (05 008).
- 05-09F: 05 109-05 209-05 309-05 609-05 709-05 809-05 909-05 009 (05
409 dan 05 509 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan
nomor K1 1 11 21 (05 109) sampai K1 1 11 30 (05 009).
- 05-10F: 05 110-05 210-05 310-05 610-05 710-05 810-05 910-05 010 (05
410 dan 05 510 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan
nomor K1 1 11 01 (05 110) sampai dengan K1 1 11 10 (05 010).
- 05-12F: 05 112-05 212-05 312-05 612-05 712-05 812-05 912-05 012 (05
412 dan 05 512 dilepas). Set ini sudah menggunakan stiker kereta khusus
wanita pada 05-112 dan 05-012. Di dalam set ini terdapat fasilitas
koneksi Wi-Fi gratis.
Keterangan:
- Seluruhnya bercat merah-putih-kuning dan memakai terali jendela bercat hitam.
KRL seri 5000
KRL eks
Tōkyō Metro seri 5000
(5809F/59F, 5816F/66F, 5817F/67F, 5819F/69F) masing-masing dengan
sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat
terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.
Daftar rangkaian:
- 59F/5809F: 5809-5312-5631-5314-5607-5215-5313-5009 (5675 dan 5676 dilepas)
- 66F/5816F: 5816-5245-5630-5363-5688-5905-5326-5016 (5246, 5631 dan
5247 dilepas, 5631 digunakan pada 59F/5809F, 5246 digunakan pada
67F/5817F; KRL ini menggunakan nama "Djoko Vision" dan telah dilengkapi
layar penampil rute). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan
nomor K1 1 07 31 (5816).
- 67F/5817F: 5817-5246-5632-5359-5127-5927-5251-5017 (5250, 5634, dan
5248 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1
07 18 (5816).
Keterangan:
- Seluruh rangkaian menggunakan warna biru-kuning, di mana seluruh
rangkaian yang beroperasi saat ini memiliki motif bunga berwarna pink
pada kereta khusus wanita.
KRL eks
Tōkyō Metro seri 6000,
(6105F, 6106F, 6107F, 6111F, 6112F, 6113F, 6115F, 6123F, 6125F, 6126F,
6127F, 6133F, dan 6134F) masing-masing dengan 10 kereta, namun hanya
dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan
kurangnya daya.
KRL seri 6000 eks Tokyo Metro, formasi 6134F
Daftar rangkaian:
- 05F/6105F: 6105-6205-6305-6405-6505-6605-6905-6005 (6705-6805
dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Catatan: 6305
bertukar tempat dengan 6705 pasca kejadian terbakarnya 6305 antara
Klender-Buaran, sehingga formasi berubah menjadi:
6105-6205-6705-6405-6505-6605-6905-6005
- 06F/6106F: 6106-6206-6306-6406-6507-6606-6706-6006 (6806-6906
dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam, 6506 bertukar
tempat dengan 6507)
- 07F/6107F: 6107-6207-6307-6407-6506-6607-6907-6007 (6707-6807
dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam, 6507 bertukar
tempat dengan 6506)
- 11F/6111F: 6111-6211-6311-6411-6511-6611-6711-6011 (6811-6911 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
- 12F/6112F: 6112-6212-6312-6412-6512-6612-6912-6012 (6712-6812 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
- 13F/6113F: 6113-6213-6313-6413-6513-6613-6713-6013 (6813-6913 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
- 15F/6115F: 6115-6215-6315-6415-6515-6615-6715-6015 (6815-6915
dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah
menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 11 31 (6115) sampai K1 1
11 40 (6015).
- 23F/6123F: 6123-6223-6323-6423-6523-6623-6923-6023 (6723-6823 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
- 25F/6125F: 6125-6225-6325-6425-6525-6625-6725-6025 (6725-6825
dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah
menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 12 101 (6125) sampai K1 1
12 110 (6025)
- 26F/6126F: 6126-6226-6326-6426-6526-6626-6926-6026 (6726-6826
dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah
menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 11 41 (6126) sampai K1 1
11 50 (6026) yang entah sengaja atau tidak sengaja, sama dengan
penomoran baru pada KRL seri 05 set 05-02F
- 27F/6127F: 6127-6227-6327-6427-6527-6627-6927-6027 (6727-6827
dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah
menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 31 (6127) sampai K1 1
13 40 (6027)
- 33F/6133F: 6133-6233-6333-6433-6533-6633-6933-6033 (6733-6833 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
- 34F/6134F: 6134-6334-6434-6534-6634-6234-6934-6034 (6734-6834 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
Tiap rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 memiliki perbedaan yang mencolok
antara satu sama lain, baik pada eksterior maupun interior. Pertama, AC
yang digunakan pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal
(rangkaian 05F, 06F, 07F, 11F, 12F, 13F, dan 15F) berbeda dengan
rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir (rangkaian 23F, 25F, 26F,
27F, 33F, dan 34F) dimana AC pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch
awal (sama seperti rangkaian TM 7000 - 7117F) berbeda dan umumnya tidak
sedingin rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir, sama seperti
rangkaian TM 7000 - 7121F - 23F.
Pada rangkaian bernomor 6123F, 6125F, 6126F, 6127F, 6133F dan 6134F,
persambungan yang digunakan seluruhnya merupakan persambungan seperti
rangkaian KRL eks Tōkyō Metro seri 7000 nomor 7121F hingga 7123F,
sementara rangkaian 6106F, 6107F, 6111F, dan 6115F memiliki bentuk
persambungan lebar seperti jamur. Untuk 6105F, 6112F, dan 6113F
mengalami refurbishment sehingga persambungan jamur diganti persambungan
seperti biasanya.
Khusus 6105F, 6106F (Hanya 6506 eks 6507), 6107F (kecuali kereta
6507), 6112F dan 6113F juga memiliki bentuk kaca yang berbeda, mirip
seperti pada KRL seri 203 (disebabkan karena rangkaian itu tidak
mengalami penggantian jendela saat mengalami mid-life refurbishment
sewaktu masih berdinas di Tōkyō Metro).
Sedangkan rangkaian 6106F (kecuali kereta 6506), 6107F (Hanya 6507
eks 6506), 6111F, dan 6115F memiliki jendela yang mirip dengan rangkaian
Tōkyō Metro lainnya namun lebih kecil (seperti beberapa kereta pada
rangkaian 7117F).
Rangkaian 6123F, 6125F - 6127F, 6133F dan 6134F memiliki jendela yang
besar, seperti Tōkyō Metro seri 7000 rangkaian 7121/22/23F.
Kereta 6506 dari rangkaian 6106F bertukar tempat dan bertukar plat
nomor dengan kereta 6507 dari rangkaian 6107F, sehingga kereta 6506
sekarang memiliki plat nomor 6507 dan dirangkai dengan set 6107F.
Sedangkan kereta 6507 memiliki plat nomor 6506 dan dirangkai dengan set
6106F.
Set 6105F pada kereta 6305 bertukar dengan 6705 pasca kejadian
terbakarnya 6305 antara Klender - Buaran. Set 6134F mengikuti pola
formasi seri 6000 VVVF - GTO yang masih beroperasi di Jepang (6102F,
6104F, 6108F, 6109F, 6114F, 6116F - 6121F) yang masih beroperasi di
Jepang . Pola formasi tersebut : 6100 - 6300 - 6400 - 6500 - 6700 - 6800
- 6600 - 6200 - 6900 - 6000. Rangkaian 6107F sebelumnya pernah
digunakan sebagai rangkaian khusus wanita.
KRL Tokyo Metro seri 6000 masih menggunakan warna kursi bawaan dari
Jepang. Untuk 6105 berwarna coklat, 6106 - 6125, 6127, dan 6133 berwarna
pink, 6126 dan 6134 berwarna merah. Tempat duduk prioritas berwarna
biru.
Semua KRL Tokyo Metro seri 6000 bersistem kelistrikan Chopper.
KRL seri 7000 rangkaian 7117F memasuki Stasiun Lenteng Agung
KRL eks
Tōkyō Metro seri 7000,
(7117F, 7121F, 7122F, 7123F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun
hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang
peron dan kurangnya daya.
Daftar rangkaian:
- 17F/7117F: 7117-7217-7317-7417-7517-7617-7917-7017(7717 dan 7817
dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 01
(7117) sampai dengan K1 1 10 10 (7017).
- 21F/7121F: 7121-7221-7321-7421-7521-7621-7921-7021(7721 dan 7821
dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 11
(7121) sampai dengan K1 1 10 20 (7021).
- 22F/7122F: 7122-7222-7322-7422-7522-7622-7922-7022(7722 dan 7822
dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 21
(7122) sampai dengan K1 1 10 30 (7022).
- 23F/7123F: 7123-7223-7323-7423-7523-7623-7923-7023(7723 dan 7823
dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 31
(7123) sampai dengan K1 1 10 40 (7023).
Berkebalikan dengan KRL eks Tōkyō Metro seri 6000, rangkaian 7117F
merupakan satu-satunya rangkaian seri 7000 yang memiliki bentuk
persambungan lebar dan kaca tidak seragam. Ini disebabkan karena
rangkaian 7117F adalah salah satu set yang aslinya hanya terdiri dari 5
kereta (7117, 7717, 7817, 7917 dan 7017), sedangkan 5 kereta lainnya
adalah tambahan pada tahun 1983 saat Eidan Chikatetsu/Teito Rapid
Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) menstandarisasikan
seluruh seri 7000 yang beroperasi dijalur Eidan Yurakucho adalah 10
kereta. Set yang awalnya 5 kereta tersebut adalah 7101F - 7120F
(Diantaranya 7117F). Batch berikutnya 7121F - 7134F memiliki kaca yang
seragam dan persambungan yang biasa. Bentuk kotak AC set 7117F sama
dengan seri 6000 batch awal (6105F, 6106F, 6107F, 6111F - 6113F dan
6115F), sedangkan 7121F - 7123F bentuk kotak ACnya sama dengan seri 6000
batch terakhir (6123F, 6125F - 6127F, 6133F - 6134F).
Saat ini rangkaian 7121F tidak bisa dioperasikan karena mengalami
tabrakan dengan truk pengangkut bahan bakar di pintu perlintasan Pondok
Betung, Jakarta Selatan pada tanggal 9 Desember 2013
[8].
Akibat kecelakaan tersebut, kereta 7121 (K1 1 10 11) mengalami
kerusakan berat pada struktur badan kereta, yang sebagian besar terbuat
dari bahan alumunium. Bagian kabin masinis penyok dan meleleh akibat
benturan dan kobaran api yang berasal dari truk pengangkut bahan bakar
setelah kejadian.
KRL Inka
KRL-I Prajayana
KRL-I Prajayana
KRL-I dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk
PT Inka
yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya
pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRL-I
yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai
KRL Prajayana.
KRL-I yang digunakan oleh PT KA pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian,
masing-masing dengan empat gerbong. Kini, KRL-I dicat dengan striping
biru. Saat ini KRLI sering berdinas sebagai KRL feeder Jakarta
Kota-Kampung Bandan (pulang pergi) atau Jakarta Kota-Kampung
Bandan-Tanahabang-Manggarai (pergi-pulang).
KRL i9000 KFW - Bombardier
KRL i9000 mulai diproduksi tahun 2010 dan telah diresmikan bersama
kereta api Gajah Wong
pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2011. KRL ini dibuat sebanyak 10 set,
per setnya 4 kereta dengan kodefikasi baru (K3 1 11 xx). Saat ini 9 set
sudah beroperasi dan 1 set dikembalikan ke INKA untuk perbaikan karena
kerusakan akibat tertimpa kabel listrik aliran atas. Istilah KFW berasal
dari nama bank milik Pemerintah
Jerman, yakni "
Kreditanstalt für Wiederaufbau".
Daftar rangkaian:
- TS1: K3 1 11 01 - K3 1 11 02 - K3 1 11 03 - K3 1 11 04
- TS2: K3 1 11 05 - K3 1 11 06 - K3 1 11 07 - K3 1 11 08
- TS3: K3 1 11 09 - K3 1 11 10 - K3 1 11 11 - K3 1 11 12
- TS4: K3 1 11 13 - K3 1 11 14 - K3 1 11 15 - K3 1 11 16
- TS5: K3 1 11 17 - K3 1 11 18 - K3 1 11 19 - K3 1 11 20
- TS6: K3 1 11 21 - K3 1 11 22 - K3 1 11 23 - K3 1 11 24
- TS7: K3 1 11 25 - K3 1 11 26 - K3 1 11 27 - K3 1 11 28
- TS8: K3 1 11 29 - K3 1 11 30 - K3 1 11 31 - K3 1 11 32
- TS9: K3 1 11 33 - K3 1 11 34 - K3 1 11 35 - K3 1 11 36
- TS10: K3 1 11 37 - K3 1 11 38 - K3 1 11 39 - K3 1 11 40
KRL ini dioperasikan dengan 8 kereta hasil dari penggabungan 2
rangkaian kereta, kecuali di rute feeder di mana KRL ini dioperasikan
dengan 1 rangkaian saja.
New KRL Holec AC (Woojin)
KRL Holec AC
KRL Holec AC adalah hasil modifikasi dan peremajaan dari KRL Holec
non-AC yang beroperasi di Jabotabek. Modifikasi dilakukan di lingkungan
PT INKA, pabrik yang juga membuat KRL Holec non AC medio
1994-
2001.
Modifikasi meliputi penggantian material kursi, penggantian mesin KRL
(dari Bombardier menjadi Woojin), kabin masinis, pemasangan GPS dan
TMS, serta pemasangan AC. Seluruh rangkaian sudah beroperasi.
[9] . Set ini telah beroperasi secara resmi pada tanggal 29 Maret 2014 dijalur Duri - Tangerang.
Meskipun tidak lagi menggunakan komponen dari BN/Holec dan Bombardier, KRL ini tetap disebut KRL Holec AC.
Susunan rangkaian
- TS1: K3 1 00 07 (TC1) ex KL3-2000208 - K3 1 97 12 (M1) ex KL3-97233 -
K3 1 97 06 (M2) ex KL3-97231 - K3 1 97 13 (T1) ex KL3-97234 - K3 1 97
37 (T2) ex KL3-97250 - K3 1 00 08 (M3) ex KL3-2000207 - K3 1 97 04 (M4)
ex KL3-97229 - K3 1 97 09 (TC2) ex KL3-97246
- TS2: K3 1 97 11 - K3 1 97 08 - K3 1 97 10 - K3 1 97 07 - K3 1 96 16 - K3 1 96 11 - K3 1 96 01 - K3 1 98 06
- TS3: K3 1 99 08 - K3 1 98 05 - K3 1 99 05 - K3 1 96 03 - K3 1 97 02 - K3 1 97 14 - K3 1 96 09 - K3 1 01 03
Insiden
- 2 November 1993, KRL Ekonomi Rheostatik Stainless bertabrakan dengan
KRL Ekonomi Rheostatik Mild Steel di Ratujaya, Depok. Akibatnya, 17
orang tewas dan 2 kereta dari masing-masing rangkaian hancur dan tidak
bisa dipakai lagi. Sementara sisa 2 kereta lainnya dari masing-masing
rangkaian digabung menjadi satu.
- 4 Oktober 2012, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 435 (Bogor-Jakarta Kota) anjlok dan menabrak peron di Stasiun Cilebut, menyebabkan perjalanan kereta dari Jakarta hanya sampai Stasiun Bojong Gede.
Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL seri 05 dengan
rangkaian yang anjlok adalah gerbong ketiga bernomor rangkaian 05-307.[10]
- 9 Desember 2013, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 1131 (Maja-Tanah Abang) menabrak truk tangki Pertamina hingga meledak dan terbakar. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL seri 7000 dengan nomor rangkaian 7121F.[11]
Galeri
-
Tiga KRL Ekonomi (ki-ka): KRL Rheostat
1976-
1984, KRL Holec
1996 dan KRL Rheostat
1986.
-
-
Jabodetabek Old 6000 Series - 6171F.
-
KRL Ekonomi Rheostat
1976-
1987 di stasiun Jakarta Kota.
-
-
-
-
8607F dan 8610F, eks-Tōkyū Denentoshi Line.
-
KeYo 21F-27F JR East seri 103.
-
KRL seri 1000 - 1061F eks-Tōyō Rapid Railway.
-
KRL seri 05 - 05 110F eks-Tōkyō Metro Tōzai Line.
-
KRL seri 5000 - 5816F eks-Tōkyō Metro Tōzai Line.
-
-
Tipikal keadaan KRL Ekonomi yang sedang penuh penumpang.
-
KRL seri 7000 - 7123F di Stasiun Depok
-
Prosesi pemindahan KRL seri 6000 - 6112F dari Balai Yasa Manggarai ke Dipo Depok
-
KRL seri 05 - 05-08F dan seri 6000 - 6112F di Stasiun Manggarai
-
KRL seri 8000 - 8007F di Stasiun Depok
-
KRL seri 203 - 203 51F dan KRD Bumigeulis di Stasiun Bogor
-
KRL seri 6000 - 6126F memasuki Stasiun Manggarai
-
KRD NR "Djoko Tingkir" saat memindahkan KRL seri 6000 - 6112F dari Balai Yasa Manggarai ke Dipo Depok
-
-
-
KRL seri 205 baru diturunkan ke rel.